Biografi KH. Marzuki Mustamar Malang
Posted on 6 August 2012 by Ahmad
Syafaat
Penampilannya
Penampilan beliau sederhana dan apa
adanya. Beliau tidak pernah neko-neko. Karena begitu sederhananya, kadang orang
tidak mengira bahwa beliau adalah seorang kyai. Di balik kesederhanaan beliau
tersimpan lautan ilmu yang begitu luas. Kiprah beliau di masyarakat sudah tidak
diragukan lagi. Gaya bicara beliau yang tegas dan lugas menjadi salah satu ciri
khas beliau.
Rajin Ngaji Sejak Kecil
Kyai Marzuki lahir di kota Blitar,
43 tahun yang lalu. Sungguh beruntung Kyai Marzuki karena dilahirkan dalam
keluarga yang taat beribadah sekaligus mengerti agama. Ya, abahnya adalah
seorang kyai. Alhasil, sejak kecil Kyai Marzuki dibesarkan dan dididik oleh
kedua orang tua beliau dengan disiplin ilmu yang tinggi. Di bawah pengawasan
orang tua beliau inilah putra dari Kyai Mustamar dan Nyai Siti Jainab ini
mulai belajar al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama.
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin.
Selain dididik disiplin ilmu yang tinggi, ternyata beliau waktu kecil sudah dididik tentang kemandirian agar memiliki etos kerja yang tinggi dengan cara memelihara kambing dan ayam petelur milik Bu Lik Umi Kultsum. Dengan memelihara kambing dan ayam petelur inilah, beliau mendapat pelajaran bagaimana membimbing umat islam, dan bagaimana menjadi pemimpin.
Latarbelakang Pendidikannya
Saat duduk di kelas 4 Madrasah
Ibtidaiyah sampai sebelum belajar di Malang, anak kedua dari delapan bersaudara
ini mulai belajar ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada
Kyai Ridwan dan Kyai-Kyai lain di Blitar. Sejak SMP, beliau diminta mengajar
Al-Qur’an dan kitab-kitab kecil lainnya kepada anak-anak dan tetangga beliau.
Pada usia yang masih belia tersebut, beliau sudah mengkhatamkan dan faham kitab
Mutammimah pada saat beliau kelas 3 SMP.
Selepas dari SMP Hasanuddin, beliau
melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo Blitar. Kyai Marzuki muda merupakan
pemuda yang beruntung sebab di usia beliau yang masih belia itu, beliau sudah
mendalami ilmu agama ke beberapa orang kyai di Blitar. Di antaranya, beliau
mendalami ilmu balaghoh dan ilmu mantek kepada Kyai Hamzah. Mendalami ilmu
fikih kepada Kyai Abdul Mudjib dan ngaji Ilmu Hadits kapada Kyai Hasbullah
Ridwan.
Ketika beliau duduk di bangku
Aliyah, beliau sudah khatam kitab Hadits Muslim dan kitab-kitab kecil lainnnya.
Sebelum beliau belajar di Malang, selama di Blitar yang mengajar beliau adalah
Orangtua beliau, Kyai Hasbullah Ridwan yang masih eyang beliau, Kyai Hamzah dan
Kyai Mujib adalah guru beliau di MAN Tlogo.
Setamat dari MAN Tlogo pada tahun
1985, kyai kelahiran 22 September 1966 ini melanjutkan jenjang pendidikan
formalnya di IAIN (sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim) Malang, yang waktu itu
masih merupakan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Untuk menambah ilmu agama
yang sudah beliau dapat, Kyai yang juga Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
ini nyantri kepada Kyai Masduki Mahfudz di Pondok Pesantren Nurul Huda
Mergosono. Mengetahui kecerdasan dan keilmuan Kyai Marzuki yang di atas
rata-rata santrinya yang lain, akhirnya Kyai Masduki memberi amanah kepada Kyai
Marzuki untuk membantu mengajar di pesantrennya, meskipun saat itu Kyai Marzuki
masih berusia 19 tahun. “Saat itu saya diminta untuk mengajar kitab Fathul
Qorib bab buyuu’ (jual-beli),” Kenang kyai yang juga Dosen Fakultas Humaniora
dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini.
Berguru pada KH. Masduqi Mahfudz
Selain itu, Kyai Marzuki juga
beruntung, karena beliau seringkali diminta untuk mendampingi dakwah Kyai
Masduki saat mengisi pengajian maupun dalam rapat-rapat organisasi
kemasyarakatan. Dari sinilah Kyai marzuki mulai mengetahui betapa beratnya
tugas seoarang ulama dalam mengayomi ummat. Dari gurunya yang juga Rois Syuriah
NU Wilayah Jawa Timur itu, Kyai Marzuki belajar akan keistikomahan menjadi
seorang guru. Kyai Masduki Mahfud itu meskipun pulang malam hari dari
mengisi pengajian, beliau selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,”
ungkap Kyai Marzuki.
Salah satu kelebihan beliau, saat
masih duduk di bangku kuliah, Kyai Marzuki sudah biasa memberikan kursus nahwu
kepada mahasiswa yuniornya. Namun, ternyata, banyak juga mahasiswa yang tidak
hanya belajar nahwu, namun juga mengaji kitab kepadanya. Dengan begini,
keilmuan beliau semakin terasah. Kemudian pada tahun 1987 Kyai berputra tujuh
ini mendapatkan kesempatan belajar di LIPIA Jakarta. Setelah menempuh dua
tahun masa studinya di sana, Kyai Marzuki kembali ke Malang untuk membantu
mengajar di pesantren Nurul Huda, Mergosono dan melanjutkan kuliah S-1.
Membangun Rumah Tangga dan Pesantren
Pada tahun 1994, Kyai Marzuki
memulai hidup baru. Beliau mempersunting salah seorang santriwati Pondok Nurul
Huda yang bernama Saidah. Sang istri merupakan putri Kyai Ahmad Nur yang
berasal dari Lamongan. Kyai Marzuki sangat bersyukur sekali sebab gadis yang
menjadi pendamping hidup beliau adalah seorang hafidzoh (hafal Al-qur’an).
Selang satu bulan setelah menikah,
Kyai Marzuki bersama istri mencoba mengadu nasib dan hidup mandiri. Saat itu
Kyai Marzuki memilih daerah Gasek, Kecamatan Sukun sebagai tempat jujugan
beliau. Pada mulanya, beliau mencari rumah kontrakan yang dekat dengan masjid.
Dan akhirnya, beliau ngontrak di rumah salah seorang warga yang bernama pak
Har. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, Kyai Marzuki akhirnya menempati
tempat yang baru. Pada saat beliau boyongan, tak lupa santri-santri Pondok
Nurul Huda ikut mengantarkan Kyai Marzuki boyongan ke tempat barunya dan
membantu usung-usung barang-barang dan kitab-kitab guru mereka.
Tanpa diduga sebelumnya, pada hari
pertama beliau menempati rumah itu, ternyata sudah banyak santri yang datang
mengaji kepada beliau. Di rumah yang sederhana itulah Kyai Marzuki mengajar
para santri beliau. Mereka yang waktu itu belajar merupakan cikal bakal santri
dan pesantren beliau yang kini menjadi benteng utama umat di wilayah Gasek.
Karena santrinya semakin bertambah banyak maka rumah beliau tidak memadai
sebagai tempat belajar mereka. Namun, alhamdulillah, Allah SWT memberikan
jalan. Waktu itu di daerah Gasek sudah ada Yayasan Sabilurrosyad yang sudah
memiliki lahan luas. Namun, setelah beberapa tahun didirikan Yayasan ini belum
bisa berkiprah secara optimal. Akhirnya Kyai Marzuki bekerjasama dengan Yayasan
Sabilurrosyad mendirikkan sebuah pesantren dengan Nama Sabilurrosyad.
Aktivitasnya
Selain sibuk membimbing para santri,
kyai yang pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Arab Universitas Islam
Malang ini juga disibukkan dengan urusan ummat. Tiada hari tanpa memberikan
pengajian atau mauidzhoh kepada umat. Mulai mengisi pengajian dari masjid ke
majid, blusukan keliling kampung dan lain sebagainya. Saat ini, Kyai Marzuki
juga aktif di berbagai organisasi kegamaan di antara sebagai Ketua Tanfidiyah
PCNU Kota Malang dan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang. Kedalaman ilmunya
sangat dirasakan oleh umat. Sebagai contoh beliau menyusun sebuah kitab,
tentang dasar-dasar atau dalil-dali amaliyah yang dilakukan oleh warga
nahdhiyyin. Melalui kitab ini, Kyai Marzuki ingin membuka mata umat bahwa
amalan mereka ada dasar hukumnya, sekaligus menjawab tuduhan-tuduhan
orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliayh warga Nahdhiyyin. Saking
hebat dan lugasnya beliau menerangkan itu semua, sampai-sampai Kyai Baidhowi,
Ketua MUI Kota Malang memberi julukan “Hujjatu NU”. “Kalau Imam al-Ghozali
dikenal sebagai Hujjatul Islam, maka Kyai Marzuki ini Hujjatu NU” Demikian
pernyataan Kyai Baidhowi dalam beberapa kesempatan.
Meski kegiatan beliau sangat padat,
namun, Kyai yang juga penasehat FKUB ini tetap berusaha untuk menjadi orangtua
yang baik. Beliau begitu dekat dan akrab dengan anak-anak beliau yang masih kecil-kecil
itu. Tak jarang pula, beliau ikut mengantarkan atau menjemput putra putri
beliau sekolah. Dari hasil pernikahan dengan Bu Nyai Saidah, Kyai marzuki
dikaruniai tujuh orang putra. Dua laki-laki dan lima perempuan. Semua putra
putrinya disekolahkan di SD Sabilillah Blimbing. Kecerdasan Kyai Marzuki
sepertinya menurun kepada putra-putrinya, terbukti dengan nilai mereka yang
seringkali mendapat nilai sempurna termasuk pelajaran eksakta. Bahkan beberapa
waktu yang lalu putri beliau menjadi juara Olimpiade Matematika di Yogyakarta
dan kini sekolahdi SMP Internasional PASIAD milik negera Turki.
Kelebihannya, Five in One
Paling tidak, ada 5 kelebihan yang
dimiliki oleh beliau yang sulit ditemukan pada orang lain, yaitu (1) kekuatan
hafalannya, (2) kejelasan dan keruntutan dalam penyampaian materi kepada
jamaah, (3) kedalaman pemahaman agamanya, (4) kekuatan logika dan analogi
berfikirnya/mantiq, (5) mampu beradaptasi dalam ceramahnya dengan kalangan
apapun, dari kaum kampungan sampai sarjana, bahkan doktor dan profesor.
Karya Beliau
Pada tahun 2010 ada satu karya dari
tulisan beliau yang monumental yang kini sudah puluhan kali cetak ulang dan
disampaikan di hampir ke seluruh penjuru nusantara, yaitu Al-Muqtathafat
li ahl al-Bidayat. Buku ini berisi sanggahan kepada
beberapa kelompok terutama salafi wahabi yang suka membid’ahkan amaliah kaum
Nahdliyyin, dikutip dari dalil-dalil Al-Quran, As-Sunnah dan kaidah Ushul Fiqh.
Buku ini masih diperuntukkan untuk kalangan terbatas karena masih berbahasa
Arab, yakni para [ecinta ilmu, kalangan santri dan pengurus NU. Harapan beliau
buku tersebut bisa disampaikan kepada orang lain, manakala sudah dibacakan dan
diijazahkan oleh pengarangnya langsung.
Biodata KH. Marzuqi
Nama
: KH. Marzuki Mustamar
TTL : Blitar, 22 September 1966
Alamat : PP. Sabilurrosyad Gasek Malang Telp.(0341) 564446
TTL : Blitar, 22 September 1966
Alamat : PP. Sabilurrosyad Gasek Malang Telp.(0341) 564446
Pendidikan:
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA Tahun, 2004
1. TK Muslimat Karangsono Kanigoro, Blitar tahun 1972
2. MI. Miftahul ‘Ulum, Tahun 1979
3. SMP Hasanuddin, Tahun 1982
4. MAN Tlogo, Tahun 1985
5. PP. Nurul Huda, Mergosono
6. LIPIA Jakarta, Tahun 1988
7. S-1 IAIN Malang, Tahun 1990
8. S-2 UNISLA Tahun, 2004
Istri: Hj. Saidah
Putra-Putri:
1. Habib Nur Ahmad
2. Diana Nabila
3. Millah Shofiya
4. M. ‘Izzal Maula
5. ‘Izza Nadila
6. Rossa Rahmania
7. Dina Roisah Kamila
Putra-Putri:
1. Habib Nur Ahmad
2. Diana Nabila
3. Millah Shofiya
4. M. ‘Izzal Maula
5. ‘Izza Nadila
6. Rossa Rahmania
7. Dina Roisah Kamila
Jabatan:
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab
1. Ketua Tanfidiyah PCNU Kota Malang 2 periode
2. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad
3. Anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang
4. Dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
5. Penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab
6. Imam dan
khotib, pemateri pengajian tetap Masjid Agung Jami’ Malang
7. Imam dan khotib,
pemateri pengajian tetap masjid Sabililillah Malang dan banyak masjid besar
lainnya
Komentar
Posting Komentar